Haihaaaii :) bawa cerpen :) post dua
ya hari ni :D inspirasi cerpen ini didapet dari pas mulai tanggal 25 -_- gatau
deh inspirasi lewat yaa aku ambil aja :D baca ya. Maaf kalo gaje-_-
***
ANTARA AKU DIA DAN MANTANKU
Jujur, sampai saat ini aku masih belum
bisa melupakan dia, seringkali aku mencoba berpaling ke orang lain, tapi tak
pernah berhasil, yang ada, aku malah terus menangis, kalian tau mengapa aku
menangis? Karena apa yang telah ku perbuat? Pacaran dengan orang yang sama
sekali tidak aku sayang! Menyakitkan memang! Tapi bagaimana lagi? Aku masih
belum bisa melupakan sosoknya, ya, dia! Seorang mantan terindah di hidupku, aku
tidak tau bagaimana persis kejadian, sehingga aku bisa suka terlalu dalam,
padahal sosok ia tidak begitu sempurna. Dia bahkan tidak terlalu tampan, tidak
pintar menyanyi, tidak pandai bermain gitar seperti layaknya Esa Septian
Pramudha Sigit, ia tidak begitu pintar dalam pelajaran seperti layaknya para
Proffesor, dia tidak dikenal banyak orang seperti Afgan Syahreza, dia juga
tidak pintar menyihir seperti Harry Potter. Tapi herannya kenapa aku begitu
tergila gila pada sosok mantanku itu? padahal banyak yang lebih sempurna dari
dia. Tetapi hati tidak bisa dibohongi, bahwa aku masih sayang padanya.
***
Semakin ku-ingkari
Semakin ku mengerti
Hidup ini tak lengkap tanpamu
Aku mengaku bisa..
Tapi hati tak bisa..
***
“Heh Fy ngapain lo disitu?” panggil
salah satu sahabatku.
“hah? Gapapa lagi pengen nangkring
aja di jendela kelas.”
“haha alaah paling ngelamunin kak Rio
lo :p”
“kak Rio? Ah engga! Lo mah
sembarangan aja Vie.”
“udah deh, pikiran lo tuh udah bisa
gue baca kalo lo lagi mikirin kak Rio, haha.”
Aku terdiam. Sahabatku yang bernama
Sivia itu pun duduk di sampingku.
“Lo masih tahan aja Fy sama kak Rio
itu. padahal lo pikir dong Fy, udah berapa kali dia mainin lo! Ya tapi lo tetep
aja suka sama dia. Beeeh kalo gue jadi lo ya Fy, ga lama deh itu si kak Rio sok
ganteng itu.” ucap Via –sapaan akrab Sivia- dengan nyolotnya.
“gue emang sering dimainin sama dia,
tapi tetep aja Vie, rasa sayang itu tetep ada dan kayanya gapernah bisa hilang
dalam jangka waktu 3 tahun.”
“masih kayanya kan? Belum iya?”
“tapi gue rasa dia itu emang udah
klop bangettt sama gue Vie!”
“klop? Fy, lo pikir dong, dia itu
sering banget nyakitin lo, apalagi kalo di depan lo, kemesraan dia sama cewe
baru dia itu, si kak Shilla, ditunjukin banget! Ih gue liatnya aja pengen gue
tampar tuh muka si kak Rio!” ucap Via dengan kesalnya.
“udahlah Vi! Gue emang ngerasa sakit
banget! Tapi dengan ngeliat senyuman dia gue rasa gue udah dapet kebahagiaan
yang belum pernah gue dapet!”
“walaupun senyum itu bukan milik lo?
Dan bukan buat lo lagi?” aku berdetak, sungguh, ucapan Via sangat menyentuh.
Aku menjatuhkan airmataku “tuh kan lo
nangis lagi fy, fikir dong fy, udha berapa banyak airmata yang lo keluarin buat
nangisin kak Rio itu!”
“tapi gue gapernah bisa Via ngelupain
dia!”
“hm!” Via berdehem. Ia berdiri dari
tempat duduknya dan memperhatikan keluar kelas.
“Vi, lo ngerti kan gimana rasanya
jadi gue?” Sivia menunduk. Tadi Gabriel lewat, dan Gabriel hanya lewat saja.
Sivia menatapku sejenak, airmatanya
sudah terlihat di sela sela kelopak matanya. Lalu Sivia langsung berlari ke
kamar mandi yang memang tak begitu
jauh dari kelasku,
Aku pun segera menyusul Sivia.
***
SHITT!!! Kenapa bisa kebetulan begini
sih? Kenapa tiba-tiba ada kak Rio di WC itu? ia terlihat sedang bersama kak
Shilla, pacar barunya itu. aku tidak
tau harus gimana lgi, aku bingung. Apa yg harus aku lakuin? Aku lalu
memenjamkan mataku. Mencoba untuk tidak menangis saat melihat kak Rio dengan
orang lain, bukan denganku.
Aku tau, kak Rio sedang ingin
menjahiliku. Ia menghadangku dengan kaki nya saat aku ingin memasuki WC
perempuan. Sayangnya, saat itu aku tak sadar kalau kakinya ada di lantai
tempatku berjalan. Dan akhirnya.
BRUK! Aku terjatuh, kakiku berdarah.
Aku menangis kesakitan, sementara kak Rio sudah pergi jauh, bukannya
membantuku, ia malah meninggalkanku dan menggandeng pacar barunya di depanku.
Aku merasakan rasa itu! cemburu!
Bukan hanya sekedar cemburu, tapi juga sakit!
Aku merasa seperti mainannya saja. Aku diperlakukan seenaknya.
***
Sesungguhnya ku berpura pura
Relakankan kau pilih cinta yang kau mau
***
Aku sedang online twitter di kamarku.
Aku langsung mengecek Mention-ku.
@azizahsivia: huhuuuu sial banget hari ini, iya ngga @Ifyalyssa ?
Aku terkekeh pelan, lalu langsung
menjawab tweets itu.
@ifyalyssa: haha iya nih kacau banget RT @azizahsivia: huhuuuu sial banget hari ini,
iya ngga @Ifyalyssa ?
Lalu aku kembali men-scroll down
mouse-ku yang berbentuk minnie mouse yang disambungkan ke laptopku.
@riostevadit: @ifyalyssa Ify.....
Jujur aku sedikit tertegun saat
melihat tweets ini. Kak Rio? Menyapaku? Terlihat disana 3 minutes ago. Aku tersenyum, lalu langsung membalas tweets itu.
@ifyalyssa: @riostevadit kenapa kak Rio?
Hmm, jujur, aku senang melihat
mention itu. memang, sudah sekian lama semenjak kami putus, kak Rio sudah lama tidak me-mentionku.
Tidak lama kemudian, ada balasan dari
kak Rio.
@riostevadit: @ifyalyssa gapapa :P
Aku mendengus pelan, aku sedikit geli
melihat emo nya.
@ifyalyssa: @riostevadit ohh genit aje nih manggil manggil :p
Aku lalu kembali memantengin Timeline
ku yang berjalan cukup deras.
Tiba-tiba aku merasa haus, aku pun berinisiatif untuk membuat Jus Pear
kesukaanku. Aku memang tidak menyuruh pembantu, karena, aku ingin mandiri.
***
“hm..enak nih kayanya..” aku sedikit
menyeruput jus pear buatanku sendiri. aku lalu membuka pintu kamarku. Dan..
“kak Alvin!” ya! Aku melihat kak
Alvin –kakakku- sedang memainkan laptop-ku. Astaga! Aku baru ingat! Twitterku
belum di sign-out. Pasti kak Alvin
bakalan marah marah, karena aku udah mention-an sama kak Rio.
Kak Alvin menatapku sinis “sejak
kapan lo berhubungan lagi sama cowo bejat
itu?” tanya kak Alvin dengan nada...serius.
“tadi dia nyapa aku doang kok kak,
terus aku bales.” Aku berusaha membela diriku.
“lo ga inget gimana lo diperbuat oleh
dia?” catat! Ya CATAT! Pertanyaan kak Alvin ini sumpah ngebuat aku gabisa
berkata apa apa. Aku tertunduk, menatap ubin ubin kamarku yang udah jadi korban
tetesan airmataku.
“tapi..aku sama kak Rio Cuma temen
kak..” ucapku sepelan mungkin.
Kak Alvin mendekatiku “jangan deketi cowo bejat itu lagi. Dia itu BEJAT!”
Lalu kak Alvin langsung keluar
kamarku. Aku terduduk di sofa hitamku, menatap keluar cendela. Aku ingat
cendela itu, dimana ia selalu mengirimkan surat surat yang berisi kalimat
gombalnya. Hm! Lagi-lagi! Aku menangis.
Terlintas sejenak difikiranku, seberapa
pantas dia ngebuat aku nangis?
***
Sesungguhnya ku tak pernah rela
Karena ku yang bisa..
Membuat hatimu..
Utuh..
***
Aku masih shock dengan kejadian
semalam. aku terduduk dia kursi taman sekolahku. ‘kak Rio, please pergi dari
hati gue..’ kataku dalam hati. Entahlah, mungkin aku sudah gila!
Tiba-tiba ada yang duduk disampingku
“nunggu kak Rio lagi?” ucap Sivia pelan padaku. Aku tersentak, “iya..”
“bego! Itu dia lagi mesra mesra!” kata
Sivia kesal sambil menunjuk ke arah kak Rio dan kak Shilla duduk. Aku menatap
mereka berdua yang kalau orang melihatnya, pasti orang langsung berpendapat mereka cocok seperti romeo juliet. Aku
tersenyum ke arah mereka berdua “aku emang ngga pantes buat miliki dia lagi.”
Lirihku. Mendengar ucapanku, Sivia langsung menoleh ke arahku.
“munafik!” tukas Sivia sambil
terkekeh pelan.
“maksudnya?” aku berdecak heran.
Munafik?
“kalo masih sayang, ya usaha dong.”
Aku tertawa, begitu lucu.
“kok ketawa sih?” Sivia langsung
menabok pelan kedua pipiku.
“ah? Engga! Gue fikir kayanya emang
kak Shilla yang terbaik buat kak Rio. Mereka sama sama ganteng dan cantik.” Ucapku
santai sambil menatap mereka berdua yang sedang mengobrol akrab.
“hei! Gaada ya sejarahnya kalo orang
ganteng harus sama yang cantik. Lo percaya kan sama legenda si buruk rupa? Rupa
dia buruk! Tapi dia bisa ngedapetin cewe yang cantik.”
“biarpun gue usaha, tetep aja gabisa.
Kak Alvin udah benci banget sama kak Rio.”
“ya wajarlah! Ah tau deh gue pusing!
Yang pasti ntar tua lo pasti kawin deh! Haha..” mendengar ucapan Sivia, aku
langsung tertawa. Aku terbayang saja, bagaimana jika nanti kak Rio dan kak
Shilla menikah? Aku tunggu undangannya! -_-
***
Aku menunggu bus di halte. Hari ini
aku tidak dijemput. Lagi-lagi, pemandangan itu terlihat lagi, kak Rio dan kak
Shilla bercengkrama sambil bergandengan tangan di seberang sana, mereka berdua
terlihat sangat akrab. Aku tetap menatap mereka berdua, hingga tiba-tiba, kak
Rio juga membalas tatapanku padanya, sambil sedikit tersenyum. Tak ada ekspresi
apapun dari wajahku setelah melihat senyum itu, kalian tau kenapa? Karena
senyum tadi bukan untukku, tapi untuk kak Shilla yang sedang menaiki mobilnya.
Aku tertunduk lesu, di halte ini
hanya ada aku dan satu anak sekolahku yang tidak
ku kenal. Aku menatap anak itu.
“hei.” Aku berusaha menyapa anak itu.
merasa dipanggil, anak itu pun langsung menoleh ke arahku.
“hei juga..” dingin. Ia begitu
dingin.
“nama lo siapa?”
“Acha.”
“kelas?”
“kelas 10.3”
“oh..”
Anak yang bernama Acha itu pun tak membalas ucapanku. Ia
hanya memperhatikan jalan, aku merasa aneh dengan anak itu.
“gue tau kok lo pasti tadi ngeliat
kak Rio sama kak Shilla.” Tiba-tiba, Acha mengucapkan kata-kata itu.
Aku tertegun, “emang kenapa?”
“gue mantan dia kok..” hmm! Nampaknya
kata kata ini begitu menusuk. ‘gue mantan
dia kok’ begitu santainya dia mengucapkan kata kata itu.
“ohh gi..gitu ya..” aku tak tau
kenapa, tiba tiba pikiranku menjadi kacau.
“udah ngga usah cemas! Gue ngga ada
rasa apa apa lagi kok sama dia, sekarang gue udah punya pacar yang setia dan
sayang tulus ke gue. Emang sih awalnya gue sakit hati banget gara gara kak Rio,
dia tuh kayak ngga ada hati lagi. Gue dulu sama kayak lo, tiap pulang pasti
ngeliatin dia dari halte ini. Aku ngga akan pulang sebelum dia pulang. Sampai
sampai pernah waktu itu, aku diganggu oleh preman-preman, karena hanya tinggal
aku sendiri di halte ini, aku yakin waktu itu kak Rio ngeliat aku, tapi dia
Cuma ngeliatin, engga ngebantu aku.
Akhirnya ada cowo SMA kita yang ngeliat aku diganggu sama preman, namanya Ozy
anak 10.5, akhirnya saat ini gue jadi pacarnya Ozy. Karena aku udah yakin kalo kak Rio bukan untuk aku, dan bukan milik aku
lagi.” Aku bergitu memperhatikan ceritanya. Jujur aku sedikit merasa kaget,
ia bisa dengan bebas menceritakan pengalaman prbadinya kepada orang yang baru
dia kenal.
Setelah cerita itu usai,
rintik-rintik hujan turun membasahi jalan, bersamaan pula sebuah X-trail hitam berhenti di depanku dan
Acha.
“mau bareng? Ini hujan loh.” Ucap
Acha mengajakku. Awalnya aku menolak ajakan Acha, tapi karena kulihat hujan
semakin deras, aku pun menyetujui ajakan Acha.
***
Dan aku tak bisa melihat engkau tersiksa
Tersiksa oleh cinta buta yang salah
Dan aku padamu tempatmu dihati
Cintaku membuatmu utuh
***
Aku terus memikirkan cerita Acha
tadi. Dia dulu sama sepertiku, tapi tak berangsur lama, dia sudah bisa
menemukan cinta sejati-nya. Apakah aku akan seperti Acha? Akan ada pengganti
Rio? Tapi, sepertinya aku merasa kalau kak Rio lah penghujung akhir cintaku?
Aku lalu berinisiatif untuk online twitter
lagi. Aku mengambil laptopku, tak lupa aku mencolokkan modem-ku. Lalu aku
langsung membuka site twitter.com dan
memasukkan username dan pasword account twitterku.
Sekejap! Layar home twitterku
terlihat jelas. Satu-satu nya yang pertama aku lihat jika membuka twitter,
yaitu mengecek mention.
Hm!
@riostevadit: @ifyalyssa haha engga kok kakak ngga genit :p adek kalii :P
Aku bukannya senang dengan mention
ini, tapi aku malah bingung. Apa aku harus membalasanya? Atau mengabaikannya
saja? Aku teringat ucapan kak Alvin kemarin “jangan deketi cowo bejat itu lagi. Dia itu BEJAT!” sungguh! Kata
kata itu begitu melekat di otakku.
Akhirnya aku pun membalas mention
itu, fikirku aku harus berhati hati saja, kalau meninggalkan kamar, twitterku
di sign-out terlebih dahulu.
@ifyalyssa: @riostevadit ihh kakak yang genit :p wlee..
Aku tersenyum kecil. Walaupun dibalik
senyuman itu aku merasa ada yang mengganjal fikiranku, kenapa kak Rio akrab
sekali denganku kalau di twitter? Tapi kalau dikehidupan nyata? Aku
dipermainkan sesuka hatinya.
***
2 minggu kemudian
Aku masih teringat tragedi di sekolah
2 hari yang lalu. Ya, tragedi yang menggemparkan hampir seluruh siswa. Kak Rio dan kak Shilla putus. Tadi aku sangat mengingat dimana kak Rio yang mutusin kak Shilla. Semua dilakukan kak
Rio karena kak Shilla dicurigai selingkuh
dengan kak Gabriel. Aku melihat dengan jelas, tadi kak Rio menampar kak Shilla. Aku sedikit tidak tega dengan kak Shilla, ia
menangis, bahkan saat kak Rio pergi meninggalkannya, ia pingsan. Aku hanya bisa
melihat dari kejauhan. Memangnya aku siapa? Aku hanya siswi biasa yang tidak terlalu dikenal di
sekolah itu, tidak seperti kak Shilla yang memang hampir seluruh siswa
mengenalinya, dia Cantik, pintar, dan
terkenal di kalangan guru.
“kak Rio sama kak Shilla putus! Aku
ngga pernah bayangin.” Gumamku pelan, sangat pelan. Aku menatap langit langit
ruang tamu di rumahku. Terbayang bayangan kak Shilla dan kak Rio yang dahulu
bermesra-mesraan dihadapanku, tapi sekarang? Semua itu kandas.
Kekasihku tak mencintai
Diriku sepenuh hati
Dia selalu pergi meninggalkan
Ku sendiri..
Aku mencoba mencari sumber suara itu.
aku lalu mengintip dari jendela di dekat pintu utama rumahku
Mengapa ku mempertahankan
Cinta pedih menyakitkan
Aku masih saja membutuhkan dia
Membutuhkan dia
Astaga! Dia..kak Rio!
Aku harusnya memilih kamu
Yang lebih mampu
Menyayangiku..
Berada disampingku...
Aku langsung membukakan pintu utama
rumahku, aku melihat kak Rio berdiri dengan gitar akustik coklat muda-nya. Rasa
ingin memeluknya.
O..Aku harusnya memilih kamu..
Tinggalkan dia lupakan dia..
Ku datang kepadamu..
Mataku berbinar-binar. Itu lagu
Terry-harusnya kau pilih aku yang diubah liriknya oleh kak Rio. Kak Rio
menjatuhkan gitar akustik nya. Ia menatapku dalam. Arimata terharuku mulai
mengalir.
“fy..maafin aku.” Kata kak Rio seraya
menarikku ke pelukannya. Pelukannya..erat.
Aku terdiam, airmata ku masih tetap
mengalir, entah ini airmata apa.
Lalu kak Rio melepas pelukannya
dariku.
“Ify..maafin aku ya selama ini suka
seenaknya sama kamu..”
Aku tersenyum “udah dari dulu, aku
selalu maafin kamu.”
“aku baru sadar fy ternyata selama
ini aku selama ini Cuma dijadiin pelarian oleh Shilla.”
Aku menatap kak Rio. Aku berharap
waktu jangan berjalan, tetaplah seindah ini. “Sabar kak.”
“fy..aku sadar, sebenernya selama ini
ternyata Cuma kamu yang aku sayang, Cuma kamu yang aku cinta, Cuma kamu!” aku
kaget mendengar pernyataan kak Rio. Apa dia menembakku kembali?
Aku masih terdiam, jujur aku tersipu,
tapi aku belum berani menjawab apa apa. Aku bingung.
“fy..kamu mau kan jadi pendamping aku
lagi untuk kedua kalinya? Kamu mau menjadi bintang lagi di kehidupan aku? Kamu
mau menjadi cahaya lagi di kehidupan aku? Kamu mau menjadi anugerah lagi di
hidup aku? Kamu mau?” aku melihat raut muka nya. Ukiran tuhan yang sangat
indah, aku memerhatikan tiap lekuk wajahnya.
Aku ingin sekali menjawab iya, tapi aku takut, aku takut kak Alvin
marah marah lagi sama aku. Aku takut!
“Fy, asal bisa bikin kamu bahagia,
kakak setuju.” Hah? Tiba-tiba kak Alvin datang menghampiriku dan kak Rio. Kak Alvin berada di tengah tengah
aku dan kak Rio.
Aku menatap kak Alvin dan kak Rio
bergantian, hingga akhirnya, aku mengulurkan tanganku ke kak Rio. Kak Rio yang
bingung langsung membalas uluran tanganku.
“kita akan jadi sebuah tali tambang
yang diiket. Dan tali tambang akan melengkapi satu sama lain jika diikatkan,”
ucapku sambil tersenyum tipis. Kak Rio masih memperhatikanku.
“tandanya?”
“kita akan bersama..tandanya iya..”
kak Rio langsung memelukku lagi, aku merasakan hangatnya pelukannya. Aku
menangis bahagia, aku tak menyangka,
semua yang dahulu begitu pahit bisa
berubah menjadi sangat manis.
***
Aku menatap bintang nan terang
disana. Aku perlu berterima kasih padanya, karena ia telah menerangi malam yang
gelap ini.
“Fy..terima kasih udah jadi bintang
di hidup aku..”
Aku menatap bintang, selamat tinggal kenangan buruk.
-----------------
Huaaaaaaaaaaa selesai tangan pegel
-_- makasih udah mau baca ;) tingting all :D like sama comment nya ditunggu ya
*sebagai penyemangat buat nulis lagi* heheh -_-
-polesan
selai kacang Nurhasanah Yulianti-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar